Tuesday 24 September 2013

MUHAMMADIYAH SUL-SEL




AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH 
DI 
SULAWESI SELATAN
 
Dari kota Makassar, Muhammadiyah berkembang ke daerah-daerah di pedalaman Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku. Pengurus Muhammadiyah cabang Makassar pertama tahun 1926 itu adalah pedagang, kecuali seorang dari padanya ialah Daeng Minggu yang bekerja sebagai mandor kepala di pelabuhan Makassar.
Sebagai pedagang, mereka mempunyai relasi dagang dengan pedagang dari daerah lain. Hubungan dagang yang dijalin dengan baik digunakan untuk menyampaikan cita-cita dan perjuangan Muhammadiyah. Pedagang-pedagang relasi mereka itu terbuka hatinya memahami dan menerima faham-faham keagamaan dan cita-cita Muhammadiyah. Para pedagang dari daerah-daerah inilah yang berusaha mempelopori pembentukan Muhammadiyah ditempatnya masing-masing.
1.       Muhammadiyah terbentuk di daerah-daerah
Pada tahun 1928, Haji Zaini sekeluarga mendirikan Muhammadiyah groep Rappang. Beliau adalah pedagang terkenal di Rappang. Beliau juga dibantu oleh seorang pedagang lainnya bernama Haji Ismail Ambo Mariama. Istri Haji Zaini juga berjasa mendirikan Aisyiyah di Rappang, dengan bantuan putera-puterinya dan putera-puteri Haji Ismail Ambo Mariama.
Kegiatan pertama yang dilakukan setelah terbentuk adalah mengadakan pengajian-pengajian. Kemudian mendirikan sekolah ibtidaiyah dan tsanawiyah.
Pada tahun 1929, pengurus Muhammadiyah yang telah ditingkatkan dari groep menjadi cabang, berhasil mendirikan Muhammadiyah di Pare-pare, dibawah kepemimpinan Haji Bakoko, seorang pedagang di kota itu. Pada tahun 1930, pengurus Muhammadiyah cabang Rappang mendirikan Muhammadiyah groep Pinrang dibawah pimpinan Ambo Saleng dan Wak Daude. Usaha selanjutnya ialah mendirikan Muhammadiyah groep Jampue pada tahun 1930 dibawah pimpinan Haji Haruna.
Pada tahun 1929, pengurus Muhammadiyah cabang Rappang berhasil mendirikan Muhammadiyah groep Majene (Mandar) dibawah pimpinan Haji Abdul Rahim dan Haji Harun, keduanya adalah ulama didaerah Mandar tersebut.
Dalam rangkaian waktu itu pula Haji Zaini mendirikan Muhammadiyah groep Wonomulyo di daerah Zelfbestuur Balanipa (Polewali).
Muhammadiyah cabang Sengkang didirikan pada tanggal 15 Juli 1928. Ketua pertamanya adalah Haji Andi Mori. Pada tanggal 5 Agustus 1930, Muhammadiyah groep Sengkang ditingkatkan statusnya menjadi cabang Muhammadiyah Sengkang. Pada tanggal 29 Nopember 1930 Muhammadiyah cabang Sengkang melengkapi barisannya dengan mendirikan Aisyiyah.
Pada tahun 1929, Muhammadiyah cabang Sengkang mendirikan satu groep, yaitu Muhammadiyah groep Belawa. Groep Belawa inipun dengan giat mengadakan pengajian-pengajian dan mendirikan masjid dan sekolah.
Pada tahun 1930, Muhammadiyah cabang Sengkang melangkah keluar daerah zelfbestuur Wajo, dengan mendirikan Muhammadiyah groep Batu-batu, desa yang terletak sebelah utara zelfbestuur Soppeng. Pengembangan organisasi diusahakan terus dengan membentuk Muhammadiyah groep Watangsoppeng dan groep Lajjowa pada tahun 1933. Di kedua groep inipun diusahakan pengajian-pengajian dan mendirikan tempat pendidikan.
Salah seorang pengurus Muhammadiyah cabang Makassar yakni Haji Andi Sewang Daeng Muntu. Beliau bertempat tinggal di Labbakkang, Pangkajene Kepulauan. Atas usaha beliau, Muhammadiyah groep Labbakkang dapat didirikannya pada tahun 1928. Amal usaha yang diupayakan groep ini ialah mengadakan pengajian dengan mendatangkan muballigh dari Makassar dan mendirikan madrasah diniyah.
Pemuka-pemuka umat Islam di Pangkajene yang terdiri dari Haji Muhadi, Haji Abdul Hamid dan Haji Parumpa mendirikan Muhammadiyah groep Pangkajene pada tahun 1929. Groep inipun mengadakan pengajian-pengajian dan mendirikan sekolah serta mendatangkan gurunya dari Jawa.
Dengan kepeloporan Haji BaAlwi dan Daeng Rahing, Muhammadiyah groep Maros dapat didirikan pada tahun 1929.
Atas kepeloporan dan usaha pedagang-pedagang dari daerah zelfbestuur Barru, antara lain Haji Asaf dan Haji Yahya, beliau-beliau pun mendirikan Muhammadiyah groep kampung Baru dan groep Takkalasi pada tahun 1930. Atas usaha beliau-beliau pun menyusul berdiri Muhammadiyah groep Tenete, kemudian groep Ele dan groep Ralla, semuanya di swapraja (kabupaten Barru), juga sekitar tahun 1930. Groep-groep ini pun mengadakan pengajian-pengajian dan mendirikan mushalla.
Abu Bakar daeng Bombong salah seorang anggota Muhammadiyah groep Mariso mempelopori berdirinya Muhammadiyah groep Jongaya pada tahun 1928. Jongaya adalah desa yang pada waktu itu termasuk wilayah supraja Gowa. Haji Yunus Daeng Manangkasi, seorang pamongpraja di zaman Belanda mempelopori berdirinya Muhammadiyah groep Sungguminasa.
Anggota-anggota tersiar dari Muhammadiyah cabang Makassar dan groep Jongaya serta Sungguminasa berusaha mendirikan Muhammadiyah di kampung asalnya masing-masing, maka pada tahun 1930 telah berdiri Muhammadiyah, diantaranya:
·         Groep Limbung dengan kepeloporan Haji Rowa dan Daeng Puli sekeluarga
·         Groep Barembeng-Bontonompo, dengan kepeloporan Jamalong dan Mahasong, seorang guru sekolah
·         Groep Bontorita di daerah Galesong, termasuk daerah on derafdeling Takalar, atas kepeloporan Daeng Mone, Daeng Pahang dan Sarapa Daeng Tarru
·         Groep Sapanjang, di daerah Galesong, on derafdeling Takalar, dengan kepeloporan Karaeng Rurung, seorang bangsawan.
·         Groep Salaka dan groep Palleko di daerah Polongbangkeng, on derafdeling Takalar dengan kepeloporan Haji Makkaraeng Daeng Manjarungi
·         Groep Tombolo-Pao, di daerah Malino, ujung timur swapraja Gowa, dengan kepeloporan Samiun
Muhammadiyah groep Bantaeng berdiri tahun 1927, dipelopori oleh Daeng Paris, Osman alias Sammang, Tanawali dan Muhammad Osman. Pada tahun 1931 telah dapat pula didirikan Aisyiyah groep Bantaeng dipimpin oleh Sitti Daeng Lebo dan Hizbul Wathan dengan pimpinan Salamun. Pada tahun 1938, Muhammadiyah groep Bantaeng ditingkatkan menjadi cabang. Setelah ditingkatkan menjadi cabang, Muhammadiyah cabang Bantaeng mendirikan groep Muhammadiyah di Pasorongi dan Batulabbu di tahun 1939.
Kajang, satu kecamatan di Bulukumba, menerima kehadiran Muhammadiyah pada tahun 1928, dipelopori oleh Andi Aco Daeng Pagising. Kemudian pada bulan Februari 1932, diresmikan Muhammadiyah groep Ponre (Gantarang), sebuah kampung di kota Bulukumba. Bersamaan dengan peresmian Muhammadiyah groep Ponre tersebut, diresmikan juga Aisyiyah dan Hizbul Wathan groep Ponre. Pada waktu yang bersamaan dibentuk dan diresmikan pula pengurus pemuda Muhammadiyah groep Ponre. Pada tahun 1932, Muhammadiyah groep Ponre mendirikan mushalla dan sekolah, disamping menggiatkan tabligh keliling kampung sekitar distrik Gantarang, akhirnya tahun 1933, berturut-turut dibentuk:
·         Muhammadiyah groep Bulukumba kota
·         Muhammadiyah groep Barabba
·         Muhammadiyah groep Kampung Baru
·         Muhammadiyah groep Bantosunggu
Dengan Aisyiyahnya masing-masing.
Pada tahun 1928, Muhammadiyah groep Sinjai dapat didirikan atas kepeloporan Ahmad Marzuki bersama Muhammad Sanusi, Andi Bintang dan La Bunna. Pada tahun ini juga Muhammadiyah groep Sinjai mendirikan kepanduan Hizbul Wathan groep Balangnipa-Sinjai dipimpin oleh Ibnu Daeng Magassing. Pada tahun 1930, Muhammadiyah groep Balangnipa-Sinjai membentuk pula Aisyiyah groep Balangnipa-Sinjai dengan pimpinan antara lain ibu Indar, dibantu oleh Sitti Muliati dan Sitti Marwah.
Pengajian dan tabligh adalah amal usaha yang digiatkan pada awal berdirinya. Kemudian mendirikan sekolah ibtidaiyah di tahun 1930 dan madrasah Mu’allimin pada tahun 1933 yang dibina oleh Abdul Rasyid Fagih.
Sedangkan di kota Benteng, ibukota Selayar, Muhammadiyah berdiri pada tahun 1930, dipelopori oleh dua tokoh umat Islam di kota tersebut yaitu Haji Hayyong dan Haji Ganiun. Kegiatan yang dilakukannya adalah menyebarkan faham dan cita-cita Muhammadiyah, terutama dalam bentuk pengajian keliling. Sehingga dari tahun 1930-1931 terbentuklah:
·         Muhammadiyah groep Buki
·         Muhammadiyah groep Polebungi
·         Muhammadiyah groep Onto Sapo
·         Muhammadiyah groep Bontobangun
·         Muhammadiyah groep Odaiya
·         Muhammadiyah groep Laiyolo.
Sejak tahun 1929, Sinowa Daeng Lalang, seorang tokoh masyarakat Jeneponto dan menjadi anggota tersiar dari Muhammadiyah groep Makassar telah giat memberikan penjelasan-penjelasan tentang Muhammadiyah kepada keluarga dan sahabatnya dan akhirnya pada tahun 1933, Muhammadiyah groep Jeneponto didirikan.
Andi Djurangga, vice voorzitter Muhammadiyah groep Sengkang, adalah seorang bangsawan dari daerah Palopo yang bermukim di Sengkang. Dengan dibantu seorang sahabat karibnya bernama Abu, juga dibantu oleh La Tang,  Sayid Muhammad dan Sayid Mahmud, maka berdirilah Muhammadiyah groep Palopo pada tahun 1928 dengan La Tang sebagai ketuanya. Pada tahun ini juga berdiri Aisyiyah groep Palopo, sebagai ketuanya diangkat Sitti Fatimah S, kemudian didirikan pula Hizbul Wathan yang dipimpin oleh Muhsen. Dua tahun kemudian didirikan pula Nasyiyatul Aisyiyah dengan pimpinan Sitti Zaimah. Dan pada tahun 1929, akhirnya terbentuk groep-groep Muhammadiyah sbb:
·         Muhammadiyah groep Cappasolo,
·         Muhammadiyah gorep Malili,
·         Muhammadiyah groep Kolaka,
·         Muhammadiyah groep Larompong,
·         Muhammadiyah groep Masamba.
Kegiatan pengurus Muhammadiyah pun melangkah keluar dari daerah Luwu dengan membentuk Muhammadiyah di Makale dan Rantepao, dengan pimpinan S. Mahmud.
Pada tahun 1933, terbentuk Muhammadiyah groep Enrekang atas kepeloporan dan pimpinan 3 orang pedagang yakni Haji Ibrahim, Haji Ismail Ambo Sakki dan Ibrahim. Dan pada tahun 1934, pengurus Muhammadiyah Enrekang berhasil mendirikan Muhammadiyah groep Buntu Lamba, kemudian menyusul dibentuknya groep Kalosi pada tahun 1935.